Pada 8 Mei 2025 pukul 16.00 WIB, Subaton menyusul sang kakak bekerja di tempat vulkanisir ban milik kerabat, penyakit epilepsi Subaton kambuh. Dalam kondisi tak sadar, ia terjatuh ke dalam lokasi pembakaran ban.
Saat itu kakaknya, Purdyaji, sedang sholat.
Tubuh Subaton mengalami luka bakar berat, bahkan seluruh jari tangan kirinya harus diamputasi. Luka melepuh membungkus hampir seluruh dada dan lengan. Tapi lebih dari itu, ia kini harus menunda hari bahagianya, karena seharusnya 16 Juni 2025 ini ia menikah.
Dua saudara ini—Purdyaji dan Subaton—tegar luar biasa, menghadapi ujian yang mungkin tidak semua orang sanggup hadapi.
Waktu pertama kami masuk ke rumah Subaton, aroma menyengat dampak pengobatan ini membuat perut mual. Tapi itu belum seberapa…
Yang jauh lebih menyakitkan adalah melihat Subaton sendiri—terbaring lemah, tubuhnya penuh luka bakar, dan hanya bisa menahan nyeri dalam diam.
Keluarga berusaha sekuat tenaga, tapi perjuangan ini terlalu berat jika harus ditanggung sendiri.
Meskipun pengobatan ditanggung BPJS, biaya operasional rawat jalan ke RS Moewardi Solo dan perawatan luka bakar setiap minggu sangat memberatkan keluarga :
Kebutuhan | Estimasi Biaya |
---|---|
Transport ke RS Solo (2x/bln) | Rp1.500.000 |
Obat harian | Rp100.000 / hari |
Perawatan luka (setiap 2 hari) | Rp200.000 |
Kebutuhan makan & dasar | Rp30.000 / hari |
Total kebutuhan/bln | Rp3 – 4 juta |
π― Prioritas utama :
Memenuhi kebutuhan akomodasi pengobatan Subaton selama masa pemulihan — mencakup transportasi, perawatan luka, obat harian, dan kebutuhan dasar.
π Jika donasi melebihi target :
Sisa dana akan digunakan untuk membantu kebutuhan harian keluarga dan menjadi tabungan Subaton agar bisa tetap melanjutkan kehidupan & harapan yang sempat tertunda.
Mari bantu Subaton dan keluarganya,
Bukan hanya untuk bangkit dari luka, tapi juga untuk melanjutkan hidup yang lebih baik.
πΈ Foto kondisi terkini Subaton dapat dilihat di bawah — kami jaga agar penyaluran amanah Anda transparan & bertanggung jawab.
Bantu Subaton pulih, bantu dia kembali berdiri,
bukan sebagai orang yang kalah oleh takdir,
tapi sebagai bukti bahwa Ngawi tidak pernah meninggalkan saudaranya sendiri.
π Terima kasih atas doa, bantuan, dan empati Anda.
Bersama kita kuat. Bersama kita pulihkan.